SENDIKITA.com – Siapa yang tidak kenal dengan gulali manis yang lezat dan menggiurkan? Di Kota Bogor, seorang pria bernama Randi berusia 28 tahun telah menjual gulali tradisional selama tiga tahun. Randi biasanya menjual gulali di sekolah. Setelah itu, dia keliling sekitar kota Bogor mulai dari kampung ke kampung, agar lebih banyak orang yang bisa menikmati gulali tradisional ini.
Randi menggunakan bahan utama gula yang dicampur dengan air dan dipanaskan. Selain itu, dia juga menggunakan pewarna makanan untuk memberikan warna menarik pada gulali tersebut. Bentuk gulali yang paling populer adalah ayam-ayaman, yang memerlukan waktu belajar selama satu bulan untuk bisa membentuknya dengan sempurna. Biasanya, gulali-gulali lucu ini diberikan warna hijau dan merah, yang sangat disukai anak-anak.
Pewarna yang digunakan oleh Randi adalah pewarna makanan. Pewarna ini aman dikonsumsi karena tidak mengandung zat berbahaya. Randi memulai berjualan gulali sejak pukul 7 pagi hingga pukul 4 sore. Dia membawa satu wajan kecil yang bisa digunakan selama tiga hari. Sehari saja, Randi bisa mendapatkan keuntungan sebesar 100 ribu rupiah. Meskipun jumlah ini sebenarnya masih tergolong kecil, tetapi bagi Randi, ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan kadang ia juga menggunakan uang tersebut untuk makan.
Jika dihitung secara bulanan, Randi bisa mendapatkan penghasilan sebesar 3 juta rupiah. Bagi seorang penjual gulali seperti Randi, ini merupakan jumlah yang cukup baik dan memberikan kehidupan yang layak.
Namun, seperti halnya bisnis lainnya, Randi juga menghadapi kendala. Salah satu kendala terbesar yang dihadapinya adalah faktor cuaca. Ketika hujan, Randi biasanya sepi dari pembeli karena tidak banyak orang yang beraktivitas di luar rumah saat hujan. Ini tentu sangat mempengaruhi pendapatannya.
Randi juga memiliki seorang anak yang menjadi kebahagiaannya. Dia merasa bersyukur karena penghasilan dari berjualan gulali ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tetapi, setiap kali Randi harus mengeluarkan uang lebih untuk keperluan keluarga, dia akan menjual satu wajan gulali dengan harga 500 ribu rupiah. Randi sangat berharap bahwa bisnis gulali ini terus berkembang sehingga dia tidak perlu lagi menjual semua gulali dalam satu wajan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Selain menjual gulali sendiri, Randi juga memiliki seorang bos yang mengelola tempat produksi gulali di Jalan Baru, kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal. Selain Randi, ada enam orang pedagang lain yang juga ikut berjualan gulali melalui bos yang sama. Ini menunjukkan bahwa bisnis gulali masih menjanjikan dan memiliki peluang untuk berkembang di Kota Bogor.
Dalam kesimpulannya, Kisah Randi sebagai penjual gulali manis di Kota Bogor adalah contoh nyata bagaimana dengan kesabaran dan kerja keras, seseorang dapat menciptakan kenangan manis bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti gula, air, dan pewarna makanan, Randi telah berhasil memikat hati banyak orang dengan gulali manisnya. Keuntungan yang dia dapatkan juga cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Semoga bisnis gulali ini terus berkembang dan memberikan kenangan manis bagi semua orang.
Leave a Comment